BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada akhir abad keenam belas, filsafat telah
berhenti. Descarteslah yang memulainya kembali. Filsafat dimulai untuk yang
pertama kalinya pada abad keenam Sebelum Masehi di Yunani Kuno. Dua abad
kemudian, tercapai zaman keemasan filsafat dengan munculnya Sokrates, disusul
dengan Plato dan Aristoteles. Setelah itu, hampir selama 2000 tahun, tidak
terjadi apa pun. Tidak ada sesuatu yang orisinal. Tentu saja memang ada
sejumlah filsuf yang dilahirkan selama periode 2000 tahun tersebut. Filsuf dari
Aleksandria pada abad ketiga, Plotinus, mendandani filsafat Plato hingga
terbentuknya Neoplatonisme. Santo Agustinus dari Hippo memperbaiki lagi
filsafat Neoplatonisme untuk bisa diterima dalam teologi Kristiani. Cendikiawan
muslim Averroes memperbaiki sebagian filsafat Aristoteles, sedangkan Thomas
Aquinas mencangkoknya lagi agar menjadi pas dengan teknologi Kristiani.
Keempat orang ini telah melincinkan jalannya
sejarah filsafat, tapi tidak ada di antara mereka yang seutuhnya mengajukan
filsafat baru yang mereka susun sendiri. Pada hakikatnya, karya-karya mereka
hanyalah berupa komentar dan pengolahan filsafat Plato dan Aristoteles. Dengan
cara ini, kedua filsuf yang tidak beragama ini(mereka berdua jelas bukan
Yahudi,Muslim, atau nasrani) pun menjadi pilar bagi gereja Kristen. Trik-trik
intelektual yang menakjubkan ini menjadi fondasi utama Skolastisisme, sebuah
nama yang diberikan bagi kegiatan filsafat pada zaman pertenggahan.
Skolatisisme adalah filsafat gereja yang
membanggakan diri dengan ketidaksejatiannya. Gagasan-gagasan filsafat
revolusioner dianggap sebagai bidaah, Inkuisisi, dan berakhir menjadi abu di
tempat pembakaran. Gagasan-gagasan Plato dan Aristoteles pun akhirnya secara
perlahan-lahan terkubur ditengah komentar-komentar teologi Kristiani, sehingga
filsafat pun layu kering. Pada pertengahan abad kelima
belas, tahap perkembangan yang “mati enggan hidup tak mau” ini dialami dalam
hampir semua bidang upaya intelektual.
Kekuasaan Gereja menyelimuti seluruh dunia zaman
pertenggahan. Tetapi pada masa yang dipenuhi dengan kepastian intelektual yang
berlebih-lebihan inilah terjadi letupan pertama. Ironisnya, yang menjadi
letupan pertama tersebut juga berasal dari dunia klasik yang sama, yang
dihasilkan oleh Plato dan Aristoteles. Banyak pembelajaran yang telah hilang
atau dilupakan pada Zaman Kegelapan akhirnya mulai medapatkan penerangan
kembali, mengilhami suatu Renaissance(kelahiran kembali) pengetahuan manusia.
Renaissance mengusung pula suatu pandangan
dengan reformasi yang mengakhiri hegemoni Gereja. Namun demikian, di
tengah-tengah suasana pembaharuan tersebut, filsafat masih saja berada dibawah
Skolastisisme. Filsafat baru bisa bangkit kembali setelah datangnya Rene
Descartes yang menghasilkan filsafat baru yang berdasarkan pada akal atau
dikenal dengan rasionalisme. Dalam waktu yang singkat filsafatnya menyebar
hampir keseluruh benua Eropa dan menjadi sebuah aliran filsafat baru yang
terkenal dengan nama Cartesianisme.
Descartes menjadi pelopor dan tokoh rasionalisme
serta besar pengaruhnya pada abad-abad yang mengikutinya. Descartes merupakan
bapak filsafat modern karena dia yang menghidupkan kembali filsafat pada masa
itu dengan metode sendiri dan terlepas dari pemikiran tokoh filosof yang lain.
Metode yang digunakannya adalah metode keragu-raguan. Walaupun ahli-ahli
filsafat sesudah Descartes tidak semua setuju dengan pemikirannya, tetapi
mereka menerima kedaulatan budi seluruhnya yang merupakan pangkal dan sumber
berfikir. Penganut rasionalismenya adalah Spinoza dan Leibniz.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Paham
Rasionalisme?
2.
Siapa saja tokoh-tokoh Rasionalisme?
3.
Bagaimana bentuk berfikir para
tokoh-tokoh filsafat?
4.
Apa saja ide pokok paham
Rasionalisme?
5.
Bagaimana cara mendapatkan
atau logika penalaran pada Rasionalisme?
6.
Bagaimana aplikasi paham
Rasionalisme dalam keilmuan?
7.
Apa kegunaan pemikiran
Rasionalisme?
8.
Apakah kelebihan dan
kekurangan dari paham Rasionalisme?
C. Tujuan
Setelah
dilakukan Small Group Discussion (SGD), mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Memahami pengertian
Paham Rasionalisme.
2.
Mengetahui
beberapa tokoh-tokoh Rasionalisme.
3.
Mengetahui
corak fikir para tokoh filsafat.
4.
Memahami ide pokok
Rasionalisme.
5.
Memahami logika pemikiran pada
Rasionalisme.
6.
Mengetahui aplikasi paham
Rasionalisme dalam keilmuan.
7.
Memahami kegunaan pemikiran
Rasionalisme.
8.
Mengetahui kelebihan dan
kekurangan daripaham Rasionalisme.
D. Manfaat
Bagi
Mahasiswa:
Menambah pengetahuan mengenai paham Rasionalisme. Agar mahasiswa dapat
berfikir secara rasional atau logika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Paham Rasionalisme
Aliran rasionalisme berpendapat, bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio(akal). Hanya
pengetahuan yang diperolah melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan
yang telah didapatkan oleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat
menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama
yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif dan teladan yang dikemukakan
adalah ilmu pasti.
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya
rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanyalah
tindakan akal. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka
aliran ini disebut rasionalisme. Adapun pengetahuan indera dianggap sering
menyesatkan. Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran
rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir.
Akal merupakan alat satu-satunya mencari
kebenaran. Menurut rasionalis indera hanya menyesatkan saja, seperti sebuah
bulpen yang dicelupkan ke dalam air, maka ia seperti bengkok, padahal pada
kenyatannya bulpen tersebut tidak bengkok, dari contoh tersebut bisa di ambil
kesimpulan bahwa indera sangat menipu dan akallah yang mampu mencari jawaban
dari kebenaran sesuatu.
Aliran rasionalisme ada dua macam,
yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran
rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik
ajaran agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari
empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja,
empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek
empirisme, sedangkan rasuionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering menyesatkan.
Adapun alat berfikir adalah kaidah-kaidah yang logis.
Ahmad Tafsir juga menjelaskan bahwa
rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat penting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Sejarah
rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam
filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan
tokoh-tokoh penentangnya (Socrates, Plato, Aristoteles).
Pada zaman
modern muncullah tokoh-tokoh filsafat baru yang menganut paham rasionalisme.
Mereka muncul karena mereka tak setuju dan tak sepaham dengan ajaran agama
mereka sendiri. Adapun tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes, selanjutnya
Spinoza dan Liebniz dari Jerman.
B. Tokoh-Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya
1.
Rene Descartes
Rene Descartes(1596-1650) adalah filsuf
Perancis yang dijuluki “bapak filsafat modern”. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu
hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu,
tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang
berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal
yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively).
Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat
dijadikan model cara mengenal secara dinamis.
Rene Descartes mempunyai keinginan yang
besar untuk menciptakan pemikiran yang
baru dan berdiri di atas metodenya sendiri. Descartes melihat bahwa
filosof-filosof sebelumnya hanya mengomentari pemikiran-pemikiran Plato dan
Aristoteles yang menurutnya sangat membingunkan. Semasa Descartes mempelajari
filsafat Plato dan Aristoteles, ia meragukan kebenaran pemikiran mereka,
sehingga muncullah keinginan yang kuat untuk menemukan sesuatu yang baru di
dalam dunia filsafat.
Rene descartes adalah filosof yang
mendirikan aliran rasionalisme. Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham
yang menekankan pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas
terakhir bagi penentuan kebenaran. Rasionalisme menyatakan bahwa sumber
pengetahuan manusia adalah akal atau ide.
Descartes
menepikan fungsi indera dalam menemukan
kebenaran. Menurutnya indera hanya menipu dan akallah satu-satunya yang harus
menjadi panutan pertama dalam merumuskan kebenaran sesuatu. Seperti ketika
melihat matahari, hal yang terlihat bahwa seakan matahari yang mengelilingi
bumi padahal kenyataannya bumi lah yang mengelilingi matahari. Jadi, dari contoh
tersebut Descartes menarik kesimpulan bahwa indera sangatlah menipu dan tidak
bisa dijadikan sebagai alat satu-satunya dalam mencari kebenaran. Tetapi fungsi
akallah yang harus diutamakan.
Akal adalah
dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal
menangkap objek. Dan kesimpulannya adalah segala sesuatu yang masuk akal
disebut dengan rasional.
Akal manusia
merupakan salah satu potensi jiwa, dan disebut rasional soul. Ia ada dua macam,
pertama praktis bertugas mengendalikan badan dan mengatur tingkah laku. Kedua,
teoritis khusus berkenaan dengan persepsi dan epistimologi, karena akal praktis
inilah yang menerima persepsi-persepsi inderawi dan meringkas
pengertian-pengertian universal daripadanya dengan bantuan akal aktif, yang
terhadap jiwa kita bagaikan matahari terhadap pandangan mata kita. Dengan akal, kita bisa menganalisa dan
membuktikan. Dengan akal pula, kita menyingkap realita-realita ilmiah, karena
akal merupakan salah satu pintu pengetahuan.
Akal
merupakan suatu anugerah yang diberikan kepada manusia yang digunakan untuk
berfikir dan untuk mencari hakikat
sesuatu atau dalam mencari kebenaran. Dengan akal pula manusia bisa mengetahui
sruktur alam dan masih banyak lagi hal-hal lainnya yang mampu dikenal dan
diketahui melalui akal.
Descartes melahirkan beberapa pemikirannya
dengan metode keragu-raguan. Descartes ingin mencapai kepastian. Jika orang
ragu-ragu, tampaklah ia berfikir, sehingga ia akan tampak dengan segera adanya
sebab dari proses berfikir tersebut. Oleh karena itu, dari metoda keraguan ini,
muncullah kepastian tentang eksistensi dirinya. Itulah yang kemudian dirumuskan
dengan “cogito ergo sum” (karena saya berfikir, maka saya ada).
Pemikirannya tersebut sangat terkenal bahkan
sampai hari ini. Descartes seorang filosof yang mampu mengembangkan
pemikirannya secara luas dan tidak takut dicerca oleh filosof yang lain.
Terdapat dua filosof yang menganut pemikirannya, yaitu Spinoza dan Leibniz.
2.
Riwayat Hidup Spinoza dan karya-karyanya
Spinoza dilahirkan pada tanggal 24 November tahun 1632 dan
meninggal dunia pada tanggal 21 Februari tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch
Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah namanya
menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. Spinoza
dilahirkan oleh orang tua Yahudi yang melarikan diri dari pengejaran di
Spanyol, ia hidup di Amsterdam sampai dipaksa keluar oleh mereka yang membenci
pikiran bebasnya, bahkan sampai ada yang berusaha untuk membunuhnya.
Orang-orang dari Kristen ortodoks tidak menyukainya karena apa yang dilihatnya
sebagai ateisme.
Spinoza merupakan keturunan dari agama
Yahudi. Menurutnya, banyak terdapat keraguan dalam agama yang dianutnya,
sehingga Ia ingin melepaskan diri dari agamanya yaitu yahudi dan ia juga
mengasingkan diri dan jauh dari masyarakat. Spinoza adalah pengikut
Rasionalisme Descartes, Ia memandang sesuatu itu benar melalui akal. Seperti
halnya Descartes yang menomor satukan akal dan menepikan indera yang di
anggapnya menyesatkan.
Selain Spinoza ada tokoh filofof lain yang
mengikuti pemikiran Rene Descartes, yaitu Leibniz. Dua tokoh terakhir ini juga
menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika mereka, dan mereka
berdua juga mengikuti metode Descartes. Tiga filosofi ini, Descartes, Spinoza,
dan Leibniz, biasanya dikelompokkan ke dalam satu mazhab, yaitu rasionalisme.
De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama dengan Rene Descartes, ia
mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran
adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya berbarengan.
3.
Panteisme Spinoza
Spinoza adalah satu filsuf istimewa yang
tidak hanya percaya pada apa yang dikatakannya, tetapi juga bertindak
sesuai dengannya. Bahkan ia menolak jabatan filsafat di Heidelberg karena itu
merupakan posisi resmi, dan bahwa hal itu menerima ide-ide dan
pembatasan-pembatasan resmi. Dari segala sisi, ia adalah orang yang jujur,
terhormat, dan sopan. Tentu saja hal ini menyebabkan ia diserang hampir oleh
setiap orang, bahkan setelah ia mati. Karya besarnya,”Ethics”, tidak
diterbitkan semasa hidupnya, dan buku-bukunya yang lain, yang dirumuskan dengan
tajam”Tractatus Theologico Politicus”dan “Tractatus Politicus”, Pengaruhnya
tidaklah besar. Seperti Descartes, Spinoza yakin bahwa dengan mengikuti metode
geometri , kita dapat menghasilkan pengetahuan yang tepat mengenai dunia nyata.
Namun, keyakinannya lebih jauh daripada Descartes, ia berusaha untuk menyusun
suatu Geometri Filsafat.
Spinoza mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebenaran sesuatu, sebagaimana
pertanyaan, apa substansi dari sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa
benar-benar yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan pendekatan yang juga
dilakukan sebelumnya oleh Rene Descartes, yakni dengan pendekatan deduksi
matematis, yang dimulai dengan meletakkan definisi, aksioma, proposisi,
kemudian berubah membuat pembuktian (penyimpulan) berdasarkan definisi,
aksioma, atau proposisi itu.
Bagi Spinoza
hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi baik
dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme,
Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga beranggapan bahwa
satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demkikian
kita hanya mengenal dua ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada manusialah
kedua ciri tersebut terdapat bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga
keluasan tubuh.
Descartes ,
moyangnya yang amat dekat , membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh
(bodies), jiwa, dan Tuhan. Spinoza berpendapat tentang substansi, Ia menyatakan
bahwa hanya ada satu substansi, dan satu substansi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dirusak, ia tidak mempunyai permulaan dan tidak mempunyai akhir.
Tubuh dan jiwa menurutnya adalah atribut(sifat asasi) yang satu . Tubuh dan
jiwa bukan substansi yang berdiri sendiri.
Spinoza
berpendapat bahwa Tuhan dan alam adalah satu dan sama. Teori ini dikenal dengan
nama Panteisme (secara harfiah berarti semua adalah Tuhan). Jadi ia menentang
baik Yahudi maupun Kristen. Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang
dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan,
tidak melakukan sesuatu, tak terbatas (ultimate) . Tuhan itu tidak
memperhatikan sesuatu, juga tidak memperdulikan manusia. Inilah penjelasan
logis tentang Tuhan yang bahkan Newton sampai terkejut oleh pernyataan itu. Ini
tidak dapat diartikan bahwa Spinoza itu materialis. Ia hanya mengatakan, itulah
yang diketahui tentang Tuhan. Akibatnya, tindakan manusia dan Tuhan tidak
bebas. Dimana-mana di dalam alam semesta ini sebagaimana ia mestinya, semuanya
sudah ditentukan.
Substansi adalah apa yang ada dalam dirinya
sendiri dan yang mengalaskan pengertian yang mengenai pada dirinya sendiri,
Artinya yang pengertiannya tidak memerlukan pengertian dari sesuatu yang lain
dengannya ia harus dibentuk. Jadi substansi adalah sesuatu yang berdiri sendiri
, yang tidak bergantung kepada apapun juga yang lain. Substansi itu tentu hanya
ada satu saja, sebab seandainya ada dua substansi semacam itu, tentu aka nada
nisbah antara keduanya. Padahal pengertian nisbah mengandung di dalamnya
pengertian ketergantungan. Substansi yang satu itu adalah Allah, yang esa tiada
batasnya secara mutlak.
Berdasarkan keyakinan ini maka segala
sesuatu yang tak terbatas, dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri
sendiri, melainkan tergantung kepada satu substansi yang satu itu. Substansi
yang satu itu berada di dalam segala sesuatu yang beraneka raga ini. Segala
yang beraneka ragam mewujudkan cara berada substansi yang satu tadi.
Di sini kesatuan antara Allah dan alam
semesta untuk pertama kali diberi rumusan secara modern. Substansi ini memiliki
sebabnya dalam dirinya sendiri. Hakikat(essential) nya mencakup juga keberadaan
(existential) nya. Hakekatnya ditentukan oleh atribut-atribut atau sifat-sifat
asasinya yang tiada batasnya. Tiap sifat asasi dengan cara yang sempurna
mengungkapkan hakekat atau esensinya yang kekal dan tak terbatas itu. Akan
tetapi segala hal yang konkrit, yaitu dunia yang berane raga ini, adalah modi
atau cara berada satu substansi yang satu itu.
Demikianlah, Pemikiran Spinoza tentang
Allah, jiwa dan manusia yang merupakan satu kesatuan. Dan berbeda dengan
Descartes yang berpendapat bahwa antara Allah, jiwa dan manusia merupakan
sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri. Rasionalisme Spinoza lebih luas dan
lebih konsekuen dibanding dengan rasionalisme Descartes . Baginya di dalam
dunia tiada hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah
mencakup segala sesuatu, juga Tuhan. Bahkan Tuhan menjadi sasaran akal yang
terpenting.
4.
Riwayat Hidup Leibniz dan karya-karyanya(1646-1716)
Leibniz
lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun
1646 meninggal pada tahun 1716. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich
Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap
masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli hukum dan
profesor dalam bidang etika dan ibunya
adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa
Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya
yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika
yang menjadi bahasa simbol matematika.
Seorang
filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dah sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi Negara pusat. Waktu mudanya
ahli pikir Jerman ini mempelajari scholastic. Ia kenal aliran-aliran filsafat
modern dan mahir juga dalam ilmu. Ia menerima Substansi Spinoza akan tetapi
tidak menerima paham serbatuhannya(panteisme).
Pusat
Metafisikanya adalah idea tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep
monad. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig,
mempelajari hukum, tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat.
Pada tahun 1666, tatkala ia belum berumur 21, ia menerima ijazah doctor dari
Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi berjudul De casibus
perplexis(On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak mengakui gelar
doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan Leipzig pindah ke Nuremberg.
Pada
januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase politik. Di sana ia
dapat bertemu dengan banyak ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap
di Hannover, dari sana ia jalan-jalan ke London dan Amsterdam. Di Amsterdam ia
bertemu dengan Spinoza.
5. Pemikiran Leibniz
Metasfisika Leibniz sama memusatkan
perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan
keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi pada Leibniz adalah
hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat
Leiniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai
alasan untuk setiap yang diciptakanNya.
Leibniz juga pengikut aliran rasionalisme
sama seperti halnya Spinoza, tetapi keduanya berbeda dalam merumuskan
substansi.” Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat
berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun
berkembang.
Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam
bahasa Latin dan Perancis, seorang ensiklopedis(Orang yang mengetahui segala
lapangan pengetahuan pada amsanya). Menurut Leibniz, substansi itu jumlahnya
banyak atau tiada terhingga yang kemudian ia namakan sebagai monad. Dalam suatu
kalimat yang kemudian terkenal Lebniz mengatakan”monad-monad tidak mempunyai
jendela, tempat sesuatu bisa masuk atau keluar”. Pernyataan ini berarti bahwa
semuanya monad harus dianggap tertutup seperti cogito Descartes.
Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu
substansi, Leipniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut
substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan
Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta)
adalah sang pencipta monad-monad itu. Maka karya Leiniz tentang ini diberi
judul Monadology (studi tentang monad) yang ditulisnya 1714. Ini adalah
singkatan metafisika Leibniz.
Ada dua titik fokus leibniz yaitu monadelogi
dan konsep Tuhan, leibniz mencoba memberikan penjelasan tentang Tuhan,dan dia mempunyai
argumen yang kuat untuk membuktikan ada Tuhan, leibniz mencoba membuktikan
tuhan dengan 4 argumen. Pertama, dia mengatakan bahwa manusia memiliki ide
kesempurnaan, makanya ada Allah terbukti. ini disebut bukti ontologis.
Kedua, dia berpendapat bahwa , adanya alam semesta dan ketidaksempurnaannya
membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transeden
ini di sebut Allah. Ketiga, dia berpendapat bahwa kita selalu mencari kebenaran
yang abadi, tetapi tidak tercapai menunjukan adanya pikiran yang abadi,yaitu
Allah. Keempat, leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan di antara
monad-monad membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan meraka satu
sama lain,yang mencocokannya itu Allah.
C.
Ide Pokok Paham Rasionalisme
1.
Akal merupakan
peranan utama dalam penjelasan.
2.
Menekankan akal
budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan,mendahului atau unggul atas,dan
bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
3.
Rasionalisme
tidak mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman hanya dipandang sebagai
sejenis perangsang bagi pikiran.
4.
Rasionalisme
menyakini bahwa kebenaran dan kesesatan terletak didalam ide,dan bukannya
didalam barang sesuatu.
5.
Rasionalisme
hanya ada didalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal saja.
D. Cara
mendapatkan dan logika penalaran pada rasionalisme
·
Jangan keras
kepala
·
Pikirkan dengan
hati nurani
·
Memikirkan
dengan kepala dingin
E. Aplikasi
paham rasionalisme dalam keilmuan
Paham rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang mencukupi dan yang dipercaya adalah rasio (akal). Hanya
pengetahuan yang diperoleh melalui akal yanhg memenuhi syarat yang dituntut
oleh sifat umum dan yang mutlak,yaitu
syarat yang dipakai oleh semua pengetahuan ilmiah dengan demikian rasionalisme
menganggap sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Rasio itu ada pada subjek.maka
asal pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah
yang membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir,maka hanya manusia
yang berpengetahuan.
F. Kegunaan
pemikiran rasionalisme
·
Mencari
kebenaran secara logis,metodis berdasarkan fakta
·
Agar kita dapat
berfikir secara sistematis
·
Untuk bisa
memahami pokok pembahasan secara detail
·
Mampu berfikir
secara opjektif
G. Kelebihan Dan Kekurangan Paham Rasionalisme
Kelebihan :
Ø
Mampu menyusun sistem-sistem
kefilsafatan yang berasal dari manusia.
Ø
Dalam menalar dan menjelaskan
pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian Rasionalisme memberikan kontribusi
pada mereka yang tertarik untuk menggeluti masalah-masalah filosofi
Kelemahan :
ü
Doktrin-doktrin filsafat rasio
cenderung mementingkan subyek daripada objek, sehingga rasionalisme hanya
berfikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan
objek-objek rasional secara peka,
ü
Cara memahami objek di luar
cakupan rasionalitas sejingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan
tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang
kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasionalisme adalah faham filsafat
yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat penting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Sejarah rasionalisme sudah tua sekali.
Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan
jelas sekali pada orang-orang sofis dan tokoh-tokoh penentangnya (Socrates,
Plato, Aristoteles), Pada zaman modern muncullah tokoh-tokoh filsafat baru yang
menganut paham rasionalisme. Adapun tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes,
selanjutnya Spinoza dan Liebniz dari Jerman.
Rene Descartes(1596-1650) adalah
filsuf Perancis yang dijuluki “bapak filsafat modern”. Rene descartes adalah
filosof yang mendirikan aliran rasionalisme. Descartes melahirkan beberapa pemikirannya
dengan metode keragu-raguan . Descartes ingin mencapai kepastian. Jika orang
ragu-ragu, tampaklah ia berfikir, sehingga ia akan tampak dengan segera adanya
sebab dari proses berfikir tersebut. Oleh karena itu, dari metoda keraguan ini,
muncullah kepastian tentang eksistensi dirinya. Itulah yang kemudian dirumuskan
dengan “cogito ergo sum”(karena saya berfikir, maka saya ada.
Selanjutnya Spinoza. Spinoza adalah
satu filsuf istimewa yang tidak hanya percaya pada apa yang dikatakannya, tetapi juga bertindak sesuai
dengannya. Spinoza mempunyai pemikiran bahwa hanya ada satu substansi, yaitu
Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah
sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme, Tuhan disamakan dengan segala
sesuatu yang ada. Spinoza juga beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai
ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demikian kita hanya mengenal dua
ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada manusialah kedua ciri tersebut terdapat
bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga keluasan tubuh.
Filosof
terakhir yang mengikuti pemikiran rasionalisme Descartes adalah Leibniz.
Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun
1646 meninggal pada tahun 1716. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich
Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap
masalah-masalah yuridis dan falsafi.
Metasfisika Leibniz sama memusatkan
perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan
keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi pada Leibniz adalah
hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat
Leiniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai
alasan untuk setiap yang diciptakanNya.
B. Saran
Kami
meyakini bahwa laporan yang telah kami selesaikan masih banyak kekurangan. Dimohon
untuk kritik dan sarannya agar laporan ini dapat kami perbaiki menjadi lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi,Filsafat
Umum,Cet I(Jakarta:Rajawali Pers)
Akhyar Yusuf Lubis,Filsafat
Ilmu Pengetahuan,Cet I(Depok:Penerbit Koekoesan)
Ahmad Tafsir,Filsafat
Umum(Bandung:PT Remaja Rosdakarya)
Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak
Thales sampai capra(Bandung:PT Rosdakarya)2005
Atang Abdul hakim,Filsafat Umum Dari Metodologi
Sampai Teolosofi,Cet I(Bandung:Pustaka Setia)
file:///I:/TUGAS/STIKES/FILSAFAT/KELOMPOK%202/cahaya%20cinta%20%20Rasionalisme%20dan%20tokoh-tokohnya%20serta%20pemikiran%20mereka,,,.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar