BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena
usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun
1992 tentang kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut :
1. Lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
2.
Lansia usia potensial adalah lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang
atau jasa.
3.
Lansia tak potensial adalah lansia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang
lain.
Proses menua Menurut Constantindes (1994) dalam
Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap
individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh. Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak
terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan
orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan
dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematian (Cox, 1984 dalam
Miller,1995). Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural
yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis,
diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatic seperti strok, infark miokard, koma
asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Darmojo, 2004).
1.2. Rumusan Masalah
1.1.1
Apa yang mempengaruhi factor lansia ?
1.1.2
Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia
?
1.1.3
Apa saja permasalahan yang terjadi pada
lansia ?
1.3.Tujuan Masalah
1.1.1
Untuk mengetahui apa saja yang
mempengaruhi factor lansia
1.1.2
Untuk mengetahui apa saja perubahan pada
lansia
1.1.3
Untuk mengetahui apa saja permasalahan
yang terjadi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.1 Untuk
Mengetahui Apa Saja yang Mempengaruhi Factor Lansia.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Lansia meliputi usia
pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara 60-74 tahun, tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia di atas 90 tahun.
Lansia juga berarti suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang yang diderita. Proses menua merupakan
proses terus-menerus secara alamai dimulai sejak lahir dan setiap individu
tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapirangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh.
Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif dan akan
menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik.
Orang yang menua menarik diri dari peran yang
biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih intropeksi dan berfokus diri
sendiri, meliputi empat konsep dasar yaitu : (i) invidu yang menua dan
masyarakat secara bersama saling menarik diri, (ii) disengangement adalah
intrinsik dan tidak dapat diletakkan secara biologis dan psikologis, (iii) disengangement
dianggap perlu untuk proses penuaan, (iv) disengangement bermanfaat
baik bagi lanjut usia dan masyarakat.
Lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih
besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta
kesehatan mental yang lebih positif dari pada lanjut usia yang kurang terlibat
secara sosial (Potter & Perry, 2005). Mempertahankan hubungan antara system
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
1.1.2.
Untuk mengetahui Apa Saja Perubahan Pada
Lansia
Suatu
proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan
berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan
badan secara keseluruhan. yang terjadi pada lansia yaitu:
a. Perubahan
dari aspek biologis
Perubahan yang terjadi pada sel
seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan
terganggunya metabolism nucleic
acid dan deoxyribonucle (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang
mengakibatkan gangguan genetik, gangguan kegiatan enziem dan sistem perbuatan
enzim, menurut
proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati,
terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan
lipofisi.
1)
Perubahan
yang terjadi di sel otak dan saraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi
digantikan sel, kontrol inti sel terhadap sitopalsma menurun,
terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitikondria,
degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa
sel,berkurangnya butir nissil, pengumpalan kromatin,
dan penambahan lipofisin,
terjadi vakuolisasi protoplasma.
2)
Perubahan
yang terjadi diotak lansia adalah terjadi trofi yang berkurang 5 sampai10 yang
ukurannya yang kecil terutama dibagian prasagital,
frontal, pariental, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan
yang baru,terjadi pengurangan neurotransmitter,
terbentuknya struktur abnormal diotak dan akumulasi
pigmen organik mineral
(lipofuscin, amyloid, plaquen, neurofibrillary tangle),
adanya perubahan biologis lainnya yang mempengaruhi otak
seperti gangguan indra telinga,mata gangguan kardiovaskuler,
gangguan kelenjar tiroid,dan kortikostroid.
3)
Perubahan
jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein,peningkatan metaplastik
protein seperti kolagen dan elastin.
B . Perubahan fisiologi
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang
terjadi pada aktivitas seksual pda usia
lanjut biasanya langsung secarabertahap dan menunjukan status dasar dari
aspek vaskuler , hormonal dan neurologiknya (alexander & allison,1989 dalam
darmojo 2004). Untuk
suatu pasangan suami istri,bila semasa usia dewasa dan pertngahan aktivitas
seksual mereka normal,akan kecil sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan
masalah dalam hubungan seksualnya.
Kaplan dalam Darmojo (2004) membagi siklus
seksual dalam beberapa tahap,yaitu fase desire (hasrat) dimana organ targetnya
adalah otak. Fase ke-2 adalah fase arousel (pembangkitan / penggairahan)dengan
organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ke-3 atau fase orgasmic dengan
organ target medulla spinalis dan otot dasar perineum yang berkontraksi selam
organisme. Fase berikutnya yaitu fase orgasmik merupakan fase relaksasi dari
semua organ target tersebut.
C . perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada
lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini
pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement
theory) yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan diri dari
pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi
yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir.
D . perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang
melepaskan partisipasi sosial mereka,walaupun pelepasan itu dilakukan secara
terpaksa.orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan
mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.aktivitas
yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia.
E . perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan
lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam
hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang
tua . lansia tidak akan merasa terasing jika antra lansia dengan anak memiliki
hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut
perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional
lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.umumnya
ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan.karena lansia sudah tidak
memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun
tidak semua dapat memerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka
penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya
mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan
berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.sehingga secara umum
akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan hari-hari.
1.1.3.
Untuk mengetahui apa saja permasalahan
yang terjadi pada lansia
a. Permasalahan
dari aspek Fisiologis
Terjadinya perubahan normal pada fisik
lansia yang dipengaruhi oleh factor kejiwaan, sosia, ekonomi dan medik.
Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit
menjadi kering dan kriput, rambut berubah dan rontok, penglihatan menurun
sebagian atau menyeluruh pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya
penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat
badan menjadi bungkuk, tulang kropos, massanya dan kekuatannya berkurang, nafas
menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding
pembuluh darah menebaldan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja
tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak
menyusutdan reaksi menjadi lambatterutama pada pria, serta seksualitastidak
terlalu menurun.
b. Permasalahan
dari Aspek Psikologis
a) Kesepian
(loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan
hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan
seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan
hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena
aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beraggota
keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
b) Duka
cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, temen dekat, atau
bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh
dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan
kemudian suatu periode depresi.
c) Depresi,
pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan lingkungan sering
menimbulkan depresi dan
d) Gangguan
cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan ganggua obstetif-kompulsif. Pada
lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat
atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
e) Psikosis
pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia,
baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
f) Parafrenia,
merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang
ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri
barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi
pada lansia yang terisolasi atau diisolasiatau menarik diri dari kegiatan
social.
g) Sindroma
diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia
ini sering bermain-smain dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk
barang-barangnya dengan tidak teratur (jawa: Nyusuh). Kondisi ini
walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat
berulang kembali.
c. Permasalahan
dari Aspek Sosial Budaya
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan
sosial budaya lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada
di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati,
berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang
pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang
kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara
tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga
professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan
pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia.
BAB
IV
PENUTUP
1.2.1. Kesimpulan
Tehnik komunikasi pada
lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan perawatan lansia baik
fisik, psikologis, biologis dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi penolakan
tidak menyadari adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model komunikasi
yang sesuai adalah model Leary.
1.2.2. Saran
Dalam tehnik komunikasi
model Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan, diharapkan perawat dapat
menyesuaikan situasi bagaimana seharusnya dia bertindak. Jika klien dalam
puncak penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika
klien lansia kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru
serta tempat mencurahkan perasaan klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Mundakir.2006.Komunikasi
Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar