Minggu, 28 Desember 2014

IDK 2 (LANSIA)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut :
1.      Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
2.      Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
3.      Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
Proses menua Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematian (Cox, 1984 dalam Miller,1995). Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Darmojo, 2004).


1.2. Rumusan Masalah
1.1.1        Apa yang mempengaruhi factor lansia ?
1.1.2        Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ?
1.1.3        Apa saja permasalahan yang terjadi pada lansia ?
1.3.Tujuan Masalah
1.1.1        Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi factor lansia
1.1.2        Untuk mengetahui apa saja perubahan pada lansia
1.1.3        Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang terjadi pada lansia


BAB II
PEMBAHASAN
1.1.1      Untuk Mengetahui Apa Saja yang Mempengaruhi Factor Lansia.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Lansia meliputi usia pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara 60-74 tahun, tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia di atas 90 tahun.
Lansia juga berarti suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang yang diderita. Proses menua merupakan proses terus-menerus secara alamai dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapirangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif dan akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik.
Orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih intropeksi dan berfokus diri sendiri, meliputi empat konsep dasar yaitu : (i) invidu yang menua dan masyarakat secara bersama saling menarik diri, (ii) disengangement adalah intrinsik dan tidak dapat diletakkan secara biologis dan psikologis, (iii) disengangement dianggap perlu untuk proses penuaan, (iv) disengangement bermanfaat baik bagi lanjut usia dan masyarakat.
Lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lanjut usia yang kurang terlibat secara sosial (Potter & Perry, 2005). Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.


1.1.2. Untuk mengetahui Apa Saja Perubahan Pada Lansia
Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. yang terjadi pada lansia yaitu:
a.       Perubahan dari aspek biologis
Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolism nucleic acid dan deoxyribonucle (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetik, gangguan kegiatan enziem dan sistem perbuatan enzim, menurut proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan lipofisi.
1)      Perubahan yang terjadi di sel otak dan saraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel, kontrol inti sel terhadap sitopalsma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitikondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel,berkurangnya butir nissil, pengumpalan kromatin, dan penambahan lipofisin, terjadi vakuolisasi protoplasma.
2)      Perubahan yang terjadi diotak lansia adalah terjadi trofi yang berkurang 5 sampai10 yang ukurannya yang kecil terutama dibagian prasagital, frontal, pariental, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru,terjadi pengurangan neurotransmitter, terbentuknya struktur abnormal diotak dan akumulasi pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid, plaquen, neurofibrillary tangle), adanya perubahan biologis lainnya yang mempengaruhi otak seperti gangguan indra telinga,mata gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar tiroid,dan kortikostroid.
3)      Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein,peningkatan metaplastik protein seperti kolagen dan elastin.
B .  Perubahan fisiologi
     Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual pda usia  lanjut biasanya langsung secarabertahap dan menunjukan status dasar dari aspek vaskuler , hormonal dan neurologiknya (alexander & allison,1989 dalam darmojo 2004). Untuk suatu pasangan suami istri,bila semasa usia dewasa dan pertngahan aktivitas seksual mereka normal,akan kecil sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya.
     Kaplan dalam Darmojo (2004) membagi siklus seksual dalam beberapa tahap,yaitu fase desire (hasrat) dimana organ targetnya adalah otak. Fase ke-2 adalah fase arousel (pembangkitan / penggairahan)dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ke-3 atau fase orgasmic dengan organ target medulla spinalis dan otot dasar perineum yang berkontraksi selam organisme. Fase berikutnya yaitu fase orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tersebut.
C . perubahan psikologis
        Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan diri dari pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir.
D . perubahan sosial
        Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa.orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.aktivitas yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
E . perubahan kehidupan keluarga
         Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua . lansia tidak akan merasa terasing jika antra lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
          Orang tua usia lanjut perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan.karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat memerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
         Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan hari-hari.

1.1.3.      Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang terjadi pada lansia
a.       Permasalahan dari aspek Fisiologis
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh factor kejiwaan, sosia, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan kriput, rambut berubah dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang kropos, massanya dan kekuatannya berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding pembuluh darah menebaldan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusutdan reaksi menjadi lambatterutama pada pria, serta seksualitastidak terlalu menurun.
b.      Permasalahan dari Aspek Psikologis
a)      Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beraggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
b)      Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, temen dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi.
c)      Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan lingkungan sering menimbulkan depresi dan
d)     Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan ganggua obstetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
e)      Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
f)       Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasiatau menarik diri dari kegiatan social.
g)      Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-smain dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (jawa: Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.
c.       Permasalahan dari Aspek Sosial Budaya
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

BAB IV
PENUTUP
1.2.1.      Kesimpulan
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi penolakan tidak menyadari adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model komunikasi yang sesuai adalah model Leary.
1.2.2.      Saran
Dalam tehnik komunikasi model Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan, diharapkan perawat dapat menyesuaikan situasi bagaimana seharusnya dia bertindak. Jika klien dalam puncak penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika klien lansia kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat mencurahkan perasaan klien.


DAFTAR PUSTAKA
Ø  Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar